Menjelajahi Gelombang Hallyu 2025: Dari “Squid Game” hingga “Hotel Del Luna”, Mengapa Drama Korea Terus Memikat Dunia?
Tirtasaritrans.co.id - Di kalangan pencinta hiburan Asia, drakorkita tak sekadar nama situs pengulas drama; ia sudah menjadi kompas bagi siapa pun yang ingin tahu serial apa yang sedang hangat di jagat Hallyu. Tahun 2025 menandai momen di mana gelombang drama Korea (K-drama) bukan hanya bertahan, tetapi melaju makin kencang. Berbagai judul—mulai dari Squid Game yang viral, Hotel Del Luna yang mistis romantis, hingga nostalgia Dream High—terus memadati linimasa pecinta seri streaming. Apa yang membuat drama-drama ini begitu merasuk ke hati penonton Indonesia dan dunia?
![]() |
Squid Game |
Fenomena “Squid Game”: Kritik Sosial yang Mencekam
Ketika Squid Game debut di Netflix pada September
2021, tak banyak yang menyangka serial ini akan menembus rekor penonton di 94
negara hanya dalam waktu seminggu. Premisnya sederhana—gim bertahan hidup
dengan hadiah 45,6 miliyar won—namun eksekusinya tajam, memadukan horor gore
dengan sindiran kelas sosial. Sineas Hwang Dong-hyuk menyorot jurang
kaya-miskin yang makin menganga di Korea Selatan.
Dari segi storytelling, tarikannya terletak pada konsep “what
would you do?” yang memaksa penonton berefleksi tentang nilai kemanusiaan
ketika hidup dipertaruhkan. Visual serba permen kontras dengan darah yang
muncrat, menciptakan estetika surealis. Karakter Gi-hun—paruh baya dengan utang
menggunung—menjadi cermin bagi pekerja ekonomi gig. Fandom internasional pun
lahir; dari meme kostum penjaga merah muda hingga teori musim kedua di Reddit. Squid
Game menegaskan betapa perpaduan kritik sosial dan tensi psikologis sanggup
menaklukkan pasar global.
“Hotel Del Luna”: Romansa, Horor, dan Mitologi dalam Satu
Bingkai
Beranjak ke tahun 2019, ada Hotel Del Luna—drama yang
membuktikan bahwa genre campur-aduk bukan hambatan, malah justru daya pikat. IU
memerankan Jang Man-wol, pemilik hotel gaib khusus bagi arwah gentayangan.
Latar hotel terus berganti era—mulai Dinasti Joseon hingga Seoul
modern—menawarkan parade kostum dan set yang memanjakan mata.
Tema besarnya soal penebusan dosa dan penerimaan kehilangan.
Setiap episode menampilkan tamu roh baru dengan kisah memilukan: tentara yang
tewas saat perang, siswi korban bullying, hingga sopir taksi yang dianiaya
penumpang. Humor ringan lewat gesekan Man-wol dan manajer manusia Goo Chan-sung
menjaga ritme agar tidak terlalu muram. Popularitas serial ini melahirkan
wisata tur lokasi syuting di Korea serta tren busana vintage ala Man-wol,
memperkuat daya larisnya genre K-fantasy.
Gelombang Remake Film Korea: Bukti Kekuatannya di Pasar
Global
Selain drama, film Korea kerap diadaptasi ulang di berbagai
negara. Daftar teranyar mencakup Extreme Job (diremake Hollywood sebagai
The Squad), Miracle in Cell No.7 (versi Turki, India, hingga
Filipina), dan tentu saja Train to Busan yang tengah diproduksi ulang
Amerika dengan judul The Last Train to New York. Fenomena ini menandakan
dua hal: pertama, naskah orisinal Korea memiliki universalitas tema; kedua,
industri film global mengakui potensi box-office naskah tersebut.
Bagi penonton Indonesia, remake kerap memacu rasa penasaran
untuk menonton versi asli—mendorong lonjakan streaming legal di platform VOD.
Tak heran bila rubrik “Informasi” di drakorkita kerap mengulas
perbandingan plot dan nuansa antarversi, membantu pembaca memutuskan mana yang
lebih menggugah emosi.
“Dream High”: Nostalgia Musik dan Ambisi Remaja
Mundur ke 2011, Dream High ibarat mesin waktu menuju
era K-Pop generasi kedua. Plot enam murid Kirin Art School yang mengejar
panggung idola memuat tema klasik: kerja keras, persahabatan, dan romansa
remaja. Kehadiran ikon K-Pop—Suzy, Taecyeon, dan Wooyoung—membuat dramanya
terasa autentik sekaligus memantik fandom baru.
Meski sudah berumur lebih satu dekade, Dream High
kembali ramai dibicarakan setelah platform streaming menambahkan remaster HD.
Artikel di drakorkita mencatat lonjakan pencarian “Go Hye-mi” di Google
Trends Indonesia sepanjang Maret–April 2025, bukti sahih kekuatan nostalgia.
Serial ini juga kerap dijadikan referensi pembelajaran bahasa Korea berkat
dialog yang ringan dan idiom gaul anak sekolah.
“My ID is Gangnam Beauty”: Kritik Standar Kecantikan
Adaptasi webtoon 2018 ini mengulik isu bedah plastik dan
body-shaming yang relevan di banyak budaya. Karakter Kang Mi-rae, mahasiswi
yang mengubah wajah demi menghindari perundungan, mengundang diskusi literasi
tubuh dan kesehatan mental. Penonton dibuat bertanya: apakah mengubah
penampilan sungguh mampu mengubah hidup?
Kekuatan drama terletak pada dualitas: di satu sisi memberi
wawasan tentang budaya operasi plastik; di sisi lain menekankan pentingnya
harga diri. Pesona Cha Eun-woo sebagai Do Kyung-seok menambah nilai jual,
tetapi pesan empatiklah yang membuatnya bertahan dalam ingatan penonton.
“The Legend of the Blue Sea”: Cinta Dua Dunia
Drama 2016 ini memadukan legenda putri duyung Dinasti Joseon
dengan romansa modern. Lee Min-ho dan Jun Ji-hyun sukses menggambarkan kemelut
reinkarnasi yang merentang 400 tahun. Visual efek laut dan kostum mewah memberi
kesan sinematik, sementara comic relief dari karakter penipu Seo-dol menjaga
nuansa tetap segar.
Penanganan kisah fantasi-romansa seperti ini menjadi alasan K-drama
sering digambarkan “lebih berwarna” ketimbang serial Barat yang cenderung
realistis. Elemen mitologi lokal membuka jendela budaya sekaligus menghadirkan
eskapisme.
Mengapa K-Drama Begitu Mengena di Indonesia?
- Kedekatan
nilai budaya
Meski berbeda bahasa, tema keluarga dan gotong royong akrab bagi penonton Nusantara. - Distribusi
digital cepat
Netflix, Viu, dan Disney+ Hotstar merilis episode baru hanya beberapa jam setelah tayang di Korea. - Pemasaran
cerdas
Kolaborasi brand kosmetik atau kopi dalam drama memudahkan penonton mengadopsi gaya hidup ala Seoul. - Subtitel
berkualitas
Komunitas penerjemah profesional memastikan takarir Bahasa Indonesia rapi, meminimalkan pembajakan.
Bagaimana Memilih Drama Korea Sesuai Mood?
- Butuh
adrenalin? Coba Squid Game atau Sweet Home untuk sensasi
survival-horror.
- Malam
lembur? Serial pendek 8–10 episode seperti My Liberation Notes
bisa jadi teman temaram.
- Healing
setelah kerja? Tonton Hometown Cha-Cha-Cha yang menenangkan.
- Suka
fantasi gelap? Hotel Del Luna atau Goblin layak disimak.
- Pencinta
sejarah? Mr. Sunshine menyajikan sinematografi yang memukau.
Gelombang Hallyu 2025 menunjukkan bahwa drama Korea bukan
fenomena sesaat. Keberhasilan Squid Game membuka jalan serial bernuansa
lebih gelap; Hotel Del Luna menegaskan selera pasar pada genre hybrid;
sementara nostalgia Dream High membuktikan karya lama bisa hidup kembali
di era streaming. Tren adaptasi internasional dan kolaborasi lintas platform
menunjukkan ekosistem drama Korea kian matang—merangkul ide segar tanpa
meninggalkan akar budaya.
Dengan kurasi dan analisis yang tajam, drakorkita senantiasa
menjadi teman seperjalanan bagi penikmat kisah Negeri Ginseng, membantu mereka
menemukan tontonan yang bukan sekadar hiburan, tetapi juga jendela pemahaman
lintas budaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar